broadcast_2011@smkn2Tasikmalaya. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Translate this Blog

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch

Kisah Musik, Film, Propaganda



Tanggal 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila. Hari ini diperingati karena gagalnya pemberontakan Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965. Kudeta gagal, negara aman, dan dasar negara terbukti tak tergantikan. Pancasila tetap sakti.

Terlepas dari polemik sejarah mengenai siapa sesungguhnya yang berada di balik kudeta gagal itu, beberapa dari kita pasti ingat sebuah film yang diputar TVRI tiap malam 30 September.

Film itu berjudul "Pengkhianatan G30S/PKI" dan kesahihan faktanya juga banyak dipertanyakan. Selain itu banyak adegan juga dinilai berlebihan.

Harap maklum. Film ini adalah bahan propaganda pemerintahan Soeharto, untuk menekankan pelaku pemberontakan (Partai Komunis Indonesia) yang digagalkan oleh Soeharto (saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad).

Pemerintahan Soeharto punya beberapa film serupa, di antaranya "Janur Kuning" dan "Serangan Fajar". Selain film, Orde Baru juga tak segan menggunakan televisi dan radio nasional untuk mewartakan kegiatan presiden.

Tetapi pemanfaatan media untuk propaganda bukan mutlak milik Orde Baru. Era Orde Lama juga melakukannya. Jika Anda tahu artis Lilis Suryani di era 60-an, kemungkinan besar pasti akrab dengan lagu pujian yang berjudul "Oentoek Paduka Jang Mulia Presiden Soekarno".

Lilis, bersama Titiek Puspa dan Bing Slamet adalah jajaran artis memopulerkan irama lenso sebagai pengganti rock 'n' roll Barat (yang tak disukai Soekarno).

Ada pula lagu "Gendjer Gendjer", yang bercerita tentang kesulitan rakyat mencari makan pada zaman Jepang (1942-1945). Mereka mau tak mau harus makan genjer, gulma sawah yang dapat dimakan.

(Orde Baru menyebutkan, lagu ini dinyanyikan anggota PKI saat menculik, menginterogasi dan menyiksa para jenderal di Lubang Buaya. Akibatnya lagu ini dilarang beredar).

Bagaimana dengan pemerintahan sekarang? Apakah juga melakukan propaganda lewat media?

Jawabannya terserah Anda. Tetapi sekadar mengingatkan, sejak pertama kali menjabat pada 2004, Presiden SBY telah meluncurkan empat album: "Rinduku Padamu" (2006), "Majulah Negeriku" (2007), "Evolusi (2009)" dan "Ku Yakin Sampai di Sana" (2010).

Lagu ciptaan SBY berkumandang pada upacara Kemerdekaan RI tahun 2010 dan 2011.

Selain itu, lagu-lagu SBY juga pernah dimainkan sebelum sidang paripurna DPR. Juga pernah masuk menjadi pertanyaan ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun lalu.

Tak cukup sampai di sana, pada ajang SEA Games nanti sebuah lagu SBY berjudul "Bersatu dan Maju" (dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris) juga akan menyemarakkan suasana.

Film dan musik memang tak terlepas dari propaganda pihak yang berkuasa. Sayangnya, propaganda yang selama ini diterima rakyat tak sebanding dengan pelayanan pemerintahnya. Beberapa ada yang menyesatkan, beberapa bahkan membuai.

Membikin lagu puja-puji atau berkarya boleh saja, tapi jangan berlebihan. Di atas segalanya, program-program untuk rakyat harus tetap berjalan.



Seumber : yahoo OMG

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Follow Our Twitter

TV online Live Streaming : Mivo.tv